Do and Dont’s Saat Melahirkan

Melahirkan dua kali dengan dokter, pengetahuan, dan persiapan yang berbeda menimbulkan kesan dan rasa (baca : sakit) yang berbeda pulak. Just wanna share, semoga bisa membantu memberi gambara untuk calon – calon bunda yang akan melahirkan.

Pada kehamilan pertama, laiknya pasangan muda, dan calon ibu muda, rasa hati – hati, gundah dan was – was (yang terkadang berlebihan) melanda. Dan of course, ini membuat saya kadang membuat keputusan yang tanpa pertimbangan. Misalnya, pasrah bongkokan pada myths, petunjuk dokter, gak cari 2nd opinion yang non SPOG (maksudnya liwat internet gitu) dan gak aktif mencari ilmu – ilmu persiapan melahirkan dengan sempurna. Dan tentu saja, karena ini pertama, maka wajar kalau kami jadi agak2 blank, membayangkan cara mengejan yang baik dan mengenali rasa sakit saja sulitnya bukan main.

Persalinan pertama saya, bebi di vacum dengan kekuatan mmm… kalau tidak salah 40’an lah. Salman (anak pertama saya) lahir pada usia kehamilan 40W1D. Dibantu dengan obat “pembuka mulut rahim”* yang diminum separuh pada saat dhuhur, ashar saya keluar tanda berupa lendir. Malamnya saya kontraksi, dan dini hari saya melahirkan. Saat persalinan ini, saya mengelami pembengkakan/ ambeien pada jalan lahir, mulut rahim kendor, rasa nyeri baru hilang setelah 1,5 bulan, dan dalam rentang 4,5 bulan sejak melahirkan, saya masih mengalami ngilu pada bagian vital terutama saat berdiri terlalu lama dan duduk bersila.

Sedangkan pada kehamilan kedua, dengan berbekal pengalaman persalinan pertama, saya aktif mencari informasi mengenai  pernafasan (untuk mengatasi rasa sakit), mempercepat persalinan, dan teknik – teknik mengejan dengan benar. Alhamdulillah.. Anak kedua lahir melalui persalinan normal, usia kehamilan 39W2D, tanpa bantuan obat2an, tanpa rasa sakit yang berlebihan dan proses penyembuhan jauh lebih cepat.

So here, am trying to explain each phase of it,

  1. Kontraksi

Sudah pada tahu tentang braxton hicks alias kontraksi/ his palsu kan?. Jika durasi hanya berkisar pada rentang satu jam’an, setengah jam’an, atau lebihvlama dari 15 menit dan tidak kontinyu. Maka abaikanlah kontraksi itu, karena itu kontraksi palsu. Kontraksi itu kayak mules2 waktu mau dapat haid gitu loh. Tapi kalau waktunya sudah lima belasmenitan secara kontinyu, meski durasinya hanya 2menit saja, siap2lah ke dokter/ rumah sakit atau bidan, karna ini sudah lampu kuning, kalau sudah menjelang 2 kali dalam 10 menit, ini sudah lampu merah.

Kontraksi yang kontinyu ini yang kadang tidak tertahankan rasa sakitnya. Untuk mengurangi rasa sakit. Tarik nafas panjang – buang cepat, atau tarik nafas cepat – buang  pelan2. Minta suami untuk menggosok2 pinggang dengan lembut. Jika memang masih mampu menahan rasa sakit, gunakan untuk berjalan atau berdiri-jongkok (sikap kuda2 sambil berpegangan) beberapa kali saat kontraksi tidak melanda supaya pembukaan cepat terjadi (kecuali ketuban sudah pecah, maka harus bed rest CMIIW) à it’s really works for me loh.

  1. Tanda – tanda

Sebenarnya kontraksi yang makin rapat jaraknya sudah termasuk tanda – tanda awal, namun ada beberapa tanda lain yang terkadang mengiringi rasa sakit ini. Pada kasus saya, tanda yang muncul adalah keluarnya lendir dan darah,  dan ketuban pecah. Dua SPOG saya selalu menyarankan segera menghubungi tenaga medis jika tanda- tanda ini muncul. Karena lendir dan darah yang keluar umumnya pertanda sumbatan pada mulut rahim sudah terbuka dan ketuban pecah harus diwaspadai agar tidak infeksi dan si jabang bayi tidak kehabisan ketuban.

  1. (Rasa ingin) Mengejan

Setelah kontraksi dan tanda, umumnya, kita akan sampai pada fase ingin mengejan. Yaitu rasa seperti ingin BAB. Kepala bayi sudah masuk kedalam panggul dan menekan bagian dubur kita, sehingga timbul rasa ingin mengejan. Tapi JANGAN DULU MENGEJAN sebelum tenaga medis mengijinkan kita mengejan. Rasa ingin mengejan bukan berarti bebi sudah akan lahir. MENGEJAN HANYA BOLEH DILAKUKAN JIKA PEMBUKAAN SUDAH LENGKAP. Rasa ingin mengejan bisa datang pada pembukaan ke-8,9 dan 10. Artinya… jika kita langsung mengejan pada pembukaan 8, maka akibatnya fatal !( seperti yang terjadi pada persalinan pertama saya), jalan lahir saya bengkak, rasa sakit berlipat2, saya kehabisan tenaga karena sudah duluan mengejan dan proses penyembuhan yang harus saya alami memakan waktu yang lama.

Lawan rasa ingin mengejan sebelum tenaga medis meminta kita mengejan. Tahan sekuat2nya, jangan turuti dorongan mengejan itu. Dan apabila tenaga medis meminta kita mengejan (biasanya bertepatan saat rasa sakit memuncak dan dorongan mengejan sangat kuat), tarik nafas panjang untuk mengambil tenaga, katupkan mulut dan mengejanlah sekuat tenaga. Fokuskan mata pada perut, jangan berteriak-teriak/ meronta-ronta dan jangan menangis karena itu akan menghabiskan tenaga dan membuat kita down. Saat rasa sakit hilang dan bayi belum keluar, bernafaslah teratur (Tarik nafas panjang – buang cepat, atau tarik nafas cepat – buang  pelan2). Lalu ulangi lagi… dan percayalah, rasa sakit akan hilang setelah bayi lahir. Jadi kita harus menguatkan diri sendiri.

  1. Catatan

* Pada persalinan pertama, setelah makan obat “pembuka mulut rahim”, gerakan anak saya tidak terdeksi oleh CTG, bahkan deteksi gerakan janin melalu CTG ini harus diulang dua kali untuk memastikan gerakan anak saya ada. Setelah melahirkan, saya mengeluarkan darah jauh lebih banyak (gak berani bilang pendarahan ding, yang jelas saya hampir pingsan di kamar mandi karena darah yang keluar banyak sekali) daripada persalinan yang kedua. SPOG kedua saya bilang, obat ini terbukti menimbulkan pendarahan lebih banyak pada ibu – ibu bersalin, dan berpengaruh pada janin. Jadi… saran saya, pikirkan masak – masak jika diberi pilihan untuk “mempercepat” kelahiran bayi dengan obat2an tertentu (kata SPOG saya, lebih baik pakai yang infus), lihat obatnya, cari indikasi dan efek samping obat2an itu (sayangnya saya lupa diberi obat apa waktu itu), dan diskusikan betul2 mengenai kemungkinan2 yang terjadi. Jangan keburu nafsu pengen cepat melahirkan, tapi mengancam jiwa ibu dan bayi.

Berdoa kepada Allah swt agar diberi kelapangan dan kemudahan saat menghadapi persalinan. Mempersering sholat Tahajud dan Dhuha menjelang persalinan dapat memberi kita unpredictable power lho.

Makanlah. Pada saat kontraksi mulai sering namun belum terlampau sering, tetaplah makan agar asupan tenaga tetap ada, sesakit apapun kontraksi yang melanda kita. Jangan takut nanti bakal BAB pas melahirkan, karena biasanya rumah sakit/ bersalin akan memberi kita obat melalui dubur untuk mengeluarkan kotoran sebelum mendekati masa – masa persalinan. Makan makanan berserat juga membantu kita lancar BAB sebelum persalinan lho. Jadi kita sudah BAB dulu sebelum persalinan dimulai J.

Pada dua persalinan saya, saya minum air rebusan rumput fatima, tapi kok ndak begitu ngefek pengaruhnya buat saya ya? Hehehe. Maybe it works for others..

Oiya, saat mengejan, Jangan angkat panggul, Jangan menutup mata dan jangan fokus pada leher ya…

Saya recommend juga senam hamil….  J

 

Ok momz itu aja yang saya inget, entar kalo ada yang saya inget lagi, saya tulis lagi…

Semoga bermanfaat

 

Leyn,

Mother of two